Skip to content

Apa yang Menjadi Masalah dalam Adopsi Drone Pertanian di Indonesia?

LinkedIn
X
Facebook
ilustrasi petani lokal, cara memperbaiki masalah dalam adopsi drone pertanian di Indonesia

Teknologi drone dalam pertanian sebenarnya punya banyak potensi. Mulai dari penyemprotan, pemetaan, sampai pengawasan, drone bisa mempercepat banyak hal yang selama ini dilakukan secara manual. Namun, tantangan penggunaan drone di agrikultur masih menjadi salah satu faktor yang menghambat adopsinya. Banyak petani atau pelaku agribisnis masih merasa ragu atau tidak yakin untuk mengadopsi teknologi ini. Kenapa bisa begitu?

Dalam artikel ini, kita akan coba membahas alasan-alasan kenapa masih banyak petani yang ragu dan apa solusi yang mungkin bisa menjawab keraguan mereka. Juga, akan dibahas masalah dalam adopsi drone pertanian di Indonesia serta bagaimana hambatan adopsi teknologi pertanian ini dapat diatasi.

ilustrasi petani lokal, cara memperbaiki masalah dalam adopsi drone pertanian di Indonesia

Salah satu alasan utama adalah biaya. Harga perangkat drone sendiri cukup tinggi, terutama untuk petani skala menengah. Bayangkan, membeli satu drone saja bisa menghabiskan puluhan juta rupiah. Itu bukan angka yang kecil, terutama bagi petani yang penghasilannya tidak stabil sepanjang tahun.

Padahal, jika dilihat dari sisi manfaatnya, drone pertanian bisa mempercepat proses kerja dan meningkatkan efisiensi. Misalnya, dengan pemetaan yang lebih akurat, petani bisa tahu dengan pasti di mana harus menyemprot pestisida atau pupuk, sehingga biaya operasional bisa ditekan. Namun, biaya operasional yang tidak murah, mulai dari perawatan hingga pelatihan, tetap menjadi penghalang utama.

Bukan cuma harga beli drone yang menjadi masalah, tapi juga biaya operasional. Menggunakan drone dalam pertanian bukan sekadar menerbangkannya di atas lahan. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Mulai dari perawatan drone, membeli baterai baru, hingga risiko adanya komponen yang rusak. Selain itu, pelatihan untuk mengoperasikan drone juga membutuhkan biaya tambahan.

Namun, solusi untuk masalah ini sebenarnya sudah ada. Misalnya, melalui layanan jasa penyemprotan, pemetaan, dan pemeliharaan perkebunan drone yang kini tersedia dari beberapa penyedia. Dengan layanan ini, petani bisa memberikan solusi operasional drone lengkap dengan pilot yang sudah terlatih, sehingga mereka bisa langsung memanfaatkan teknologi tanpa beban biaya besar di awal.

Selain itu, Terra Agri, sebuah layanan bisnis operasional drone khusus pertanian yang beroperasi di Asia Tenggara melalui Terra Drone Indonesia di Indonesia dan Terra Drone Agri di Malaysia, menawarkan solusi lebih menyeluruh bagi agribisnis. Terra Agri memberikan layanan penyemprotan, pemupukan, patroli keamanan, hingga pemetaan lahan yang efisien. Dengan menggunakan informasi dari udara dan darat seperti topografi, kualitas tanah, hingga kesehatan tanaman yang membantu memantau dan mengontrol kondisi lokasi perkebunan secara real-time. Dengan pendekatan ini, petani tidak perlu khawatir tentang perawatan atau pengoperasian drone karena Terra Agri menangani semua proses dari awal hingga akhir.

Teknologi drone bukan hanya tentang perangkat dan keterampilan, tapi juga soal dukungan dari pihak luar, seperti pemerintah. Sayangnya, subsidi atau insentif finansial dari pemerintah untuk teknologi ini masih sangat minim. Padahal, jika pemerintah memberikan bantuan atau subsidi untuk pembelian drone, petani bisa lebih terbantu.

Di beberapa negara Asia, seperti Jepang dan beberapa negara Eropa, sudah ada kebijakan subsidi untuk petani yang ingin mengadopsi teknologi modern seperti drone. Ini tentu sangat membantu dalam mempercepat adopsi teknologi. Mungkin di Indonesia atau negara-negara di Asia Tenggara, langkah serupa bisa mulai dipertimbangkan.

Meskipun drone pertanian memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tantangan seperti biaya awal yang tinggi, perawatan yang kompleks, dan keterbatasan pelatihan menjadi hambatan dalam adopsinya. Namun, dengan adanya solusi seperti penyedia layanan drone dan program pelatihan yang lebih mudah diakses, masalah dalam adopsi drone pertanian di Indonesia dapat berkurang. 

Dukungan dari pemerintah, dalam bentuk subsidi atau kebijakan yang lebih mendukung, juga sangat penting untuk mempercepat adopsi teknologi ini di kalangan petani Indonesia. Seiring berkembangnya teknologi dan semakin banyaknya demonstrasi lapangan, diharapkan semakin banyak petani dan pelaku agribisnis yang menyadari bahwa drone bukanlah pengganti metode tradisional, melainkan alat yang bisa melengkapi dan meningkatkan hasil pertanian mereka.